Selasa, 16 Juni 2015

Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

DOSEN                 : H.Hamsir Ahmad,SKM.M.Kes
MATA KULIAH     : PVBP

MAKALAH TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU


DISUSUN OLEH :
HENDRA RURU
PO.71.3.221.13.1.020




KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
PRODI DIII

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya-lah sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu  ini dengan baik. Walaupun sederhana keadaannya, namun diharapkan agar  dapat memberi mamfaat bagi kita semua.
            Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi baik dalam bentuk penulisan kata-kata maupun kalimat yang kurang baku, maka dari itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi kesempurnaannya makalah ini. Karena kami manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
            Demikianlah makalah yang kami yang susun ini semoga bermamfaat bagi kita semua, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.










Makassar,05 September 2014
Penyusun


Hendra Ruru
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alas an tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
Sebagai vektor (penular) penyakit, arthropoda  dapat memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit  terhadap orang yang sehat dimana dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme penyakit dari penderita kepada orang yang sehat  dan juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh : nyamuk, lalat, kutu, kecoa dsb. Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara langsung, bisa itu dari gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala lainnya adapun penyakit yang ditimbulkan karena arthropoda sebagai penyebab penyakit secara langsung diantaranya entomophoby, annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun serangga, dermathosis, alergi, dan miyasis.
Hama adalah organisme yang tak hanya mengganggu, tapi juga merusak dan merugikan manusia. Umumnya digunakan untuk hewan, termasuk bibit penyakit. Pengendalian hama harus diupayakan agar efektif dan aman terhadap lingkungan  
            Cara pengendalian hama tercepat dan terpraktis memang dengan pestisida. Namun jika tidak dilakukan dengan ketentuan yang benar, akan menimbulkan banyak kerugian dalam penggunaannya. Misal, serangga semakin resistan terhadap pestisida dan adanya residu serta racun yang mengontaminasi lingkungan.
B.   Tujuan
1.    Untuk Mengetahui Taksonomi Peranan Vektor dan Binatang Pengganggu terhadap Kesehatan.
2.    Untuk Memahami Taksonomi Nyamuk,Morfologi Nyamuk,dan Siklus Hidup Nyamuk (Nyamuk Aedes Agypti)
3.    Untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Vektor Penyakit, dan Jenis-Jenis Vektor
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Peranan Vektor dan Binatang Pengganggu terhadap Kesehatan
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga yang dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan sekarang ditemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah (Chandra, 2006). Sebagai contoh kecenderungan penyakit DBD di Indonesia semakin meningkat. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Kasus tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (Depkes RI, 2004).
Keberadaan vektor dan binatang penggangu harus ditanggulangi, meskipun tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya. Kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Harapan tersebut dapat dicapai dengan adanya suatu manajemen pengendalian, dengan arti kegiatan-kegiatan atau proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan (Nurmaini, 2001).
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases. Ada 3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu (Chandra, 2006):
1.  Kontak Langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies dan pediculus (Chandra, 2006).
2.  Transmisi Secara Mekanik
Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda, seperti penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh lalat. Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta (Chandra, 2006).
Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, Escherichia coli, dan Shigella dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan brucellosis (Chandra, 2006).
3.  Transmisi Secara Biologi
Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa penularan perkembangan dengan atau tanpa multiflikasi di dalam tubuh arthropoda.
B.   Taksonomi Nyamuk,Morfologi Nyamuk,dan Siklus Hidup Nyamuk (Aedes Aegypti)
1.    Taksonomi Nyamuk
Adapun taksonomi nyamuk Ae.aegypti (Adang iskandar, 1985) yaitu :
a. Phylum                  : Arthropoda
b. Kelas                      : Insekta
c. Ordo                       : Diptera
d. Family                    : culicidae
e. Sub family             : Culicinae
f. Genus                     : Aedes
g. Species                 : Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai badan kecil, berwarna hitam dengan bintik-bintik putih. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, nyamuk ini bersarang dan bertelur di genangan air jernih, bukan di got atau selokan kotor. Bahkan, nyamuk ini sangat menyukai bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut dan lainnya. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar dan menggigit atau menghisap darah pada siang hari.. Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai perilaku: mencari darah, istirahat dan berkembang-biak. Di saat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Untuk itulah, nyamuk betina akan menghisap darah manusia setiap 2–3 hari sekali, selama pagi sampai sore hari pada waktu-waktu tertentu seperti pukul 08.00–12.00 dan 15.00–17.00. (Levi Silalahi, 2004)
Untuk mendapatkan cukup darah, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Nyamuk betina yang biasanya mencapai umur satu bulan ini mempunyai jarak terbang sekitar seratus meter. Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina memerlukan istirahat 2–3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukainya adalah tempat-tempat lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, wc, baju yang digantung di dalam rumah, kelambu, tirai, tanaman hias di luar rumah. (Levi Silalahi, 2004).
2.    Morfologi Nyamuk
a.    Telur
Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Telur nyamuk ini tidak berpelampung, sehingga satu per satu akan menempel ke dinding. Secara fisik, telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk lonjong dan mempunyai anyaman seperti kain kasa. Telur tampak satu per satu teratur di pinggiran kaleng, lubang pohon, alas pot bunga, dan lain sebagainya (Isna, 2008 )
Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: Bak mandi, Wc, Tempayan, Drum air, Bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, Vas bunga, Pot bunga, Ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, Kaleng, Botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Di tempat kering (tanpa air), telur dapat bertahan sampai enam bulan. Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam. (Levi Silalahi, 2004).
b.    Jentik/Larva
Stadium larva /jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva nyamuk Ae. Aegypti mempunyai ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen terakhir, pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectan, sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon),.setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk individu dari comb scale seperti duri, sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang.
c.    Pupa (kepompong)
Jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk ini biasanya berada di bawah permukaan air. Pupa nyamuk yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti baru setelah 1–2 hari. Pupa yang berbentuk terompet panjang dan ramping, sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air (Levi Silalahi, 2004)
d.    Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa dengan panjang 3–4 milimeter, mempuyai bintik hitam dan putih pada badan dan kepala serta ring putih di kakinya (Levi Silalahi, 2004).
3.    Siklus Hidup Nyamuk
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga- serangga yang lain mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda- beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia, yaitu Stadium telur, Larva, Pupa, dan dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedang ketiga stadia yang hidup dan berkembang di dalam air.
Telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Tempat yang sesui dengan kondisi optimum adalah didalam air dengan suhu 20-40 oC. Sementara  Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti tempratur, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi optimum larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan dari telur, larva, pupa sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari.
Tempat Perkembangbiakan
        Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi dan ember.
  • Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik.
  • Tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan potongan bambu.

            

C.     Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Vektor Penyakit,dan Jenis-jenis Vektor    ( Aspek Epidemiologi )
·         Faktor Yang Mempengaruhi
1.    C u a c a
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi.
2.    V e k t o r
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia disebut dengan vektor,. arthropoda merupakan vektor penting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan encephalitis pada manusia. Nyamuk menghisap darah dari reservoir yang terinfeksi agen penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada manusia.
Ricketsia merupakan parasit intrasellular obligate yang mampu hidup di luar jaringan hewan dan dapat ditularkan di antara hewan oleh. Rat fleas, Body lice dan Wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.
3.    Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang mrnjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermidiate host.
4.    Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal
Pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tangau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat. Penyakit ini lebih sering terjadi di timur Amerika Serikat dan sangat jarang di utara atau di barat.
Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. seperti halnya virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes selama musim penghujan karena merupakan saat terbaik bagi myamuk berkembang biak sehingga wabah penyakit terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan (bulan September sampai bulan.Maret)
5.    Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropods borne diseases.
·         Jenis-Jenis Vektor
Vektor adalah jenis serangga dari filum Arthropoda yang dapat memindahkan/ menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Binatang pengganggu dalam hal ini termasuk filum Chordata yang umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan, dan yang lebih penting lagi dapat menjadi induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa/matang akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran dari host terinfeksi tersebut.
Arthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki). Dari filum Arthropoda tersebut yang menjadi vektor adalah :
1. Ordo Dipthera, kelas Hexapoda (kaki enam), contohnya :
a) Nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria
b) Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DHF
c) Nyamuk Culex fatigans sebagai vektor penyakit elephantiasis (kaki gajah)
d) Lalat rumah (musca domestica, domestic fly)sebagai vektor penyakit perut
e) Lalat Tse-tse sebagai vektor penyakit sleeping sickness (penyakit tidur abadi)
f) Lalat kuda (tomoxys calcitrans) sebagai vektor penyakit antraks
2. Ordo Siphonaptera. Contohnya pinjal tikus (xenopsylla cheopis) sebagai vektor penyakit plague (pes).
3. Ordo Anoplura. Contohnya, kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sebagai vektor penyakit relapsing fever (demam balik-balik).
4. Kelas Aracnoidea.
a) Tick sebagai vektor penyakit relapsing fever
b) Mite sebagai vektor penyakit scrub thypus, endemic thypus, dan scabies.
5. Kelas Crustacea. Sebagai vektor penyakit paragonomiasis
6. Kelas Myriapoda. Sebagai vektor penyakit hymenolepsis.
7. Ordo Hemiptera.sebagai vektor pengganggu. Contohnya, kutu busuk (Cimex rotudatus).
8. Ordo Isoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis rayap.
9. Ordo Orthoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis belalang.
10. Ordo Culeoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis kecoa.
11. Ordo Arachnoidea. Sebagai vektor pengganggu jenis kalajengking.
Terdapat pula beberapa jenis tikus, terdapat 2 golongan:
1. Tikus besar / rat (rattus-rattus) terdiri dari :
a) Rattus norwegicus(tikus got/tikus riol)
b) Rattus diardii (tikus atap)
c) Rattus alexandricus (tikus Alexandria)
d) Rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil (mice/mouse) : Musculus (tikus rumah).








BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

1.    Vektor penyakit merupakan vector yang berperan sebagai penular penyakit. Vektor penyakit akibat serangga dikenal dengan arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases
2.    Jenis-jenis dan klasifikasi vector penyakit yaitu phylum Arthropoda yang terdiri dari crustacea Kelas Myriapoda Kelas Arachinodea Kelas hexapoda dan phylum chodata yaitu berupa tikus.
3.    Peranan vektor penyakit adalah sebagai pengganggu dan penular penyakit dari host ke pejamu (manusia).
B.   SARAN
Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vector adalah dengan 3 M :
  • Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
  • Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
  • Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.Sebuah penelitian melepas Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri lalat buah disebut Wolbachia. Bakteri membuat nyamuk kurang mampu membawa virus demam berdarah sehingga membatasi penularan demam berdarah jika meluas dalam populasi nyamuk. Pada prinsipnya Wolbachia dapat menyebar secepat nyamuk jantan yang terinfeksi menghasilkan keturunan dengan Wolbachia menginfeksi wanita.
Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011
Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses tanggal 4 maret 2011.
Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.
Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press










1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
    Casino, Spa & Spa in Atlantic City 안산 출장안마 offers guests a variety 양주 출장마사지 of amenities 전라북도 출장마사지 and indulgences to 동해 출장샵 enjoy. The hotel is situated in the marina district. The spa  Rating: 4 · ‎20 서울특별 출장안마 reviews

    BalasHapus