DOSEN : H.Hamsir Ahmad,SKM.M.Kes
MATA
KULIAH : PVBP
MAKALAH
TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU
DISUSUN
OLEH :
HENDRA
RURU
PO.71.3.221.13.1.020
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
PRODI DIII
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya-lah sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu ini dengan baik. Walaupun sederhana keadaannya, namun diharapkan agar dapat memberi mamfaat bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi baik dalam bentuk penulisan
kata-kata maupun kalimat yang kurang baku, maka dari itu saran dan kritik
sangat kami harapkan demi kesempurnaannya makalah ini. Karena kami manusia
biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Demikianlah makalah yang kami yang susun ini semoga
bermamfaat bagi kita semua, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Makassar,05 September
2014
Penyusun
Hendra Ruru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan
banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh
faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang
terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang
berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41
orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut.
Dengan alas an tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya
merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
Sebagai vektor (penular) penyakit, arthropoda dapat memindahkan suatu penyakit dari orang
yang sakit terhadap orang yang sehat
dimana dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme penyakit
dari penderita kepada orang yang sehat
dan juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut,
contoh : nyamuk, lalat, kutu, kecoa dsb. Arthropoda sebagai penyebab penyakit
dimana arthropoda dapat menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit
dalam artian secara langsung, bisa itu dari gangguan langsung maupun tidak
langsung serta kendala lainnya adapun penyakit yang ditimbulkan karena
arthropoda sebagai penyebab penyakit secara langsung diantaranya entomophoby,
annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun serangga,
dermathosis, alergi, dan miyasis.
Hama
adalah organisme yang tak hanya mengganggu, tapi juga merusak dan merugikan
manusia. Umumnya digunakan untuk hewan, termasuk bibit penyakit. Pengendalian
hama harus diupayakan agar efektif dan aman terhadap lingkungan
Cara pengendalian hama tercepat dan terpraktis memang dengan pestisida. Namun
jika tidak dilakukan dengan ketentuan yang benar, akan menimbulkan banyak
kerugian dalam penggunaannya. Misal, serangga semakin resistan terhadap
pestisida dan adanya residu serta racun yang mengontaminasi lingkungan.
B.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui
Taksonomi Peranan Vektor dan Binatang Pengganggu terhadap Kesehatan.
2. Untuk Memahami Taksonomi
Nyamuk,Morfologi Nyamuk,dan Siklus Hidup Nyamuk (Nyamuk Aedes Agypti)
3. Untuk Mengetahui Faktor
yang Mempengaruhi Pengendalian Vektor Penyakit, dan Jenis-Jenis Vektor
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peranan Vektor dan
Binatang Pengganggu terhadap Kesehatan
Penularan penyakit pada
manusia melalui vektor penyakit berupa serangga yang dikenal sebagai arthropod-borne
diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis
dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu
antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan
sekarang ditemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,
cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara
mekanis oleh lalat rumah (Chandra, 2006). Sebagai contoh kecenderungan penyakit
DBD di Indonesia semakin meningkat. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun
2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015,
dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Kasus tertinggi terdapat di Provinsi
DKI Jakarta (Depkes RI, 2004).
Keberadaan vektor dan binatang penggangu harus ditanggulangi,
meskipun tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya. Kita hanya mampu
berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang
tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Harapan tersebut dapat
dicapai dengan adanya suatu manajemen pengendalian, dengan arti
kegiatan-kegiatan atau proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan
densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan (Nurmaini, 2001).
Penularan penyakit pada
manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne
diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases. Ada
3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu (Chandra, 2006):
1.
Kontak Langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies
dan pediculus (Chandra, 2006).
2.
Transmisi Secara Mekanik
Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda, seperti
penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh
lalat. Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen
penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat.
Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna
dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta (Chandra, 2006).
Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda
adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah
Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, Escherichia coli, dan Shigella
dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat
merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan
brucellosis (Chandra, 2006).
3.
Transmisi Secara Biologi
Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa penularan
perkembangan dengan atau tanpa multiflikasi di dalam tubuh arthropoda.
B.
Taksonomi
Nyamuk,Morfologi Nyamuk,dan Siklus Hidup Nyamuk (Aedes Aegypti)
1.
Taksonomi Nyamuk
Adapun
taksonomi nyamuk Ae.aegypti (Adang iskandar, 1985) yaitu :
a.
Phylum : Arthropoda
b.
Kelas : Insekta
c.
Ordo : Diptera
d.
Family : culicidae
e.
Sub family : Culicinae
f.
Genus : Aedes
g. Species : Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai badan kecil,
berwarna hitam dengan bintik-bintik putih. Hidup di dalam dan di sekitar rumah,
nyamuk ini bersarang dan bertelur di genangan air jernih, bukan di got atau
selokan kotor. Bahkan, nyamuk ini sangat menyukai bak mandi, tampayan, vas
bunga, tempat minum burung, perangkap semut dan lainnya. Kebiasaan lainnya
adalah suka hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar dan menggigit atau
menghisap darah pada siang hari.. Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai
perilaku: mencari darah, istirahat dan berkembang-biak. Di saat setelah kawin,
nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Untuk itulah, nyamuk betina akan
menghisap darah manusia setiap 2–3 hari sekali, selama pagi sampai sore hari
pada waktu-waktu tertentu seperti pukul 08.00–12.00 dan 15.00–17.00. (Levi
Silalahi, 2004)
Untuk mendapatkan cukup darah, nyamuk betina
sering menggigit lebih dari satu orang. Nyamuk betina yang biasanya mencapai
umur satu bulan ini mempunyai jarak terbang sekitar seratus meter. Setelah
kenyang menghisap darah, nyamuk betina memerlukan istirahat 2–3 hari untuk
mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukainya adalah tempat-tempat lembab
dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, wc, baju yang digantung di dalam
rumah, kelambu, tirai, tanaman hias di luar rumah. (Levi Silalahi, 2004).
2.
Morfologi Nyamuk
a.
Telur
Telur berwarna hitam dan setiap kali
bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan
ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Telur nyamuk ini tidak berpelampung,
sehingga satu per satu akan menempel ke dinding. Secara fisik, telur nyamuk
Aedes aegypti berbentuk lonjong dan mempunyai anyaman seperti kain kasa. Telur
tampak satu per satu teratur di pinggiran kaleng, lubang pohon, alas pot bunga,
dan lain sebagainya (Isna, 2008 )
Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di
tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-hari: Bak mandi, Wc, Tempayan, Drum air, Bak menara (tower air) yang
tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan:
tempat minum burung, Vas bunga, Pot bunga, Ban bekas, potongan bambu yang dapat
menampung air, Kaleng, Botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas
lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat
kesukaannya. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air,
sedikit di atas permukaan air. Di tempat kering (tanpa air), telur dapat
bertahan sampai enam bulan. Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam. (Levi Silalahi, 2004).
b. Jentik/Larva
Stadium
larva /jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva nyamuk Ae. Aegypti mempunyai
ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen terakhir, pada segmen
abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmatus hairs),
pada corong udara terdapat pectan, sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai
pada corong (siphon),.setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak
8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk individu dari comb scale seperti duri,
sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang.
c. Pupa
(kepompong)
Jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa
nyamuk. Pupa nyamuk ini biasanya berada di bawah permukaan air. Pupa nyamuk
yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan memunculkan
nyamuk Aedes aegypti baru setelah 1–2 hari. Pupa yang berbentuk terompet
panjang dan ramping, sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air (Levi
Silalahi, 2004)
d. Nyamuk
Dewasa
Nyamuk
dewasa dengan panjang 3–4 milimeter, mempuyai bintik hitam dan putih pada badan
dan kepala serta ring putih di kakinya (Levi Silalahi, 2004).
3. Siklus Hidup Nyamuk
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi
nyamuk dewasa, sama dengan serangga- serangga yang lain mengalami tingkatan
(stadia) yang berbeda- beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia,
yaitu Stadium telur, Larva, Pupa, dan dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk
yang hidup di alam bebas, sedang ketiga stadia yang hidup dan berkembang di
dalam air.
Telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Tempat yang sesui dengan kondisi optimum
adalah didalam air dengan suhu 20-40 oC. Sementara Kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti tempratur,
tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat
perindukan. Pada kondisi optimum larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9
hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi
pertumbuhan dan perkembangan dari telur, larva, pupa sampai dewasa memerlukan
waktu kurang lebih 7-14 hari.
Tempat Perkembangbiakan
Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Tempat penampungan air (TPA)
untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak
mandi dan ember.
- Tempat penampungan air bukan
untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semut dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol,
plastik.
- Tempat penampungan air alamiah
seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan
potongan bambu.
C. Faktor
Yang Mempengaruhi Pengendalian Vektor Penyakit,dan Jenis-jenis Vektor ( Aspek Epidemiologi )
·
Faktor
Yang Mempengaruhi
1.
C u a c a
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah
geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim
dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor.
Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan
rentan terhadap penyakit infeksi.
2. V e k t o r
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu
hewan ke hewan lain atau manusia disebut dengan vektor,. arthropoda merupakan
vektor penting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk
merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan encephalitis
pada manusia. Nyamuk menghisap darah dari reservoir yang terinfeksi agen
penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada manusia.
Ricketsia merupakan
parasit intrasellular obligate yang mampu hidup di luar jaringan hewan dan
dapat ditularkan di antara hewan oleh. Rat fleas, Body lice dan Wood tick
adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan
ricketsia.
3. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne
disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang
pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit
ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam reservoir
alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang mrnjadi reservoir
untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di
dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermidiate host.
4. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung
dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya
agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan
fauna lokal
Pada daerah tertentu,
seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki
penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tangau
yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan
dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat. Penyakit ini lebih
sering terjadi di timur Amerika Serikat dan sangat jarang di utara atau di
barat.
Variasi musim juga
mempengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. seperti halnya virus
dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes selama musim penghujan karena
merupakan saat terbaik bagi myamuk berkembang biak sehingga wabah penyakit
terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan (bulan September sampai
bulan.Maret)
5. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara
sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab
penularan penyakit arthropods borne diseases.
·
Jenis-Jenis Vektor
Vektor adalah jenis serangga dari filum Arthropoda yang dapat
memindahkan/ menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi
kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Binatang pengganggu dalam
hal ini termasuk filum Chordata yang umumnya merupakan binatang mengerat yang
dapat merusak tanaman, harta benda, makanan, dan yang lebih penting lagi dapat
menjadi induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu. Induk semang
adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit
penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa/matang
akan menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran
dari host terinfeksi tersebut.
Arthropoda berarti kaki
yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki). Dari filum
Arthropoda tersebut yang menjadi vektor adalah :
1. Ordo Dipthera, kelas
Hexapoda (kaki enam), contohnya :
a) Nyamuk Anopheles
sebagai vektor penyakit malaria
b) Nyamuk Aedes aegypti
sebagai vektor penyakit DHF
c) Nyamuk Culex fatigans
sebagai vektor penyakit elephantiasis (kaki gajah)
d) Lalat rumah (musca
domestica, domestic fly)sebagai vektor penyakit perut
e) Lalat Tse-tse sebagai
vektor penyakit sleeping sickness (penyakit tidur abadi)
f) Lalat kuda (tomoxys
calcitrans) sebagai vektor penyakit antraks
2. Ordo Siphonaptera.
Contohnya pinjal tikus (xenopsylla cheopis) sebagai vektor penyakit plague
(pes).
3. Ordo Anoplura.
Contohnya, kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sebagai vektor penyakit
relapsing fever (demam balik-balik).
4. Kelas Aracnoidea.
a) Tick sebagai vektor
penyakit relapsing fever
b) Mite sebagai vektor
penyakit scrub thypus, endemic thypus, dan scabies.
5. Kelas Crustacea.
Sebagai vektor penyakit paragonomiasis
6. Kelas Myriapoda. Sebagai
vektor penyakit hymenolepsis.
7. Ordo
Hemiptera.sebagai vektor pengganggu. Contohnya, kutu busuk (Cimex rotudatus).
8. Ordo Isoptera.
Sebagai vektor pengganggu jenis rayap.
9. Ordo Orthoptera.
Sebagai vektor pengganggu jenis belalang.
10. Ordo Culeoptera.
Sebagai vektor pengganggu jenis kecoa.
11. Ordo Arachnoidea.
Sebagai vektor pengganggu jenis kalajengking.
Terdapat pula beberapa
jenis tikus, terdapat 2 golongan:
1. Tikus besar / rat
(rattus-rattus) terdiri dari :
a) Rattus
norwegicus(tikus got/tikus riol)
b) Rattus diardii (tikus
atap)
c) Rattus alexandricus
(tikus Alexandria)
d) Rattus frugivorus
(tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil
(mice/mouse) : Musculus (tikus rumah).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah
upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu
dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau
gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
1. Vektor penyakit merupakan vector
yang berperan sebagai penular penyakit. Vektor penyakit akibat serangga dikenal
dengan arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai
vector – borne diseases
2. Jenis-jenis dan klasifikasi vector
penyakit yaitu phylum Arthropoda yang terdiri dari crustacea Kelas Myriapoda
Kelas Arachinodea Kelas hexapoda dan phylum chodata yaitu berupa tikus.
3. Peranan vektor penyakit adalah
sebagai pengganggu dan penular penyakit dari host ke pejamu (manusia).
B.
SARAN
Cara yang hingga saat ini
masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam
berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vector adalah
dengan 3 M :
- Menguras
bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di
dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
- Menutup
tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke
tempat itu untuk bertelur.
- Mengubur
barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat
nyamuk bertelur.
Beberapa cara
alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain
mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator
larva Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran
virus dengue.Sebuah penelitian melepas Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri
lalat buah disebut Wolbachia. Bakteri membuat nyamuk kurang mampu membawa virus
demam berdarah sehingga membatasi penularan demam berdarah jika meluas dalam
populasi nyamuk. Pada prinsipnya Wolbachia dapat menyebar secepat nyamuk jantan
yang terinfeksi menghasilkan keturunan dengan Wolbachia menginfeksi wanita.
Penggunaan
insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak
spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat
secara ekologis.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, D. 2010.
http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2011
Chandra,budi. 2003.Vektor
Penyakit Menular Pada Manusia.
http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf
. diakses tanggal 4 maret 2011.
Nurmaini. 2001. Identifikasi
vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara
sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf.
diakses tanggal 4 maret 2011.
Peraturan Mentri Republik Indonesia
nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian
Vektor%20.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan
Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan
Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusCasino, Spa & Spa in Atlantic City 안산 출장안마 offers guests a variety 양주 출장마사지 of amenities 전라북도 출장마사지 and indulgences to 동해 출장샵 enjoy. The hotel is situated in the marina district. The spa Rating: 4 · 20 서울특별 출장안마 reviews