DOSEN : H. Hamsir Ahmad, SKM.,M.Kes
MATA KULIAH : SIKK
MAKALAH TENTANG TOKSIKOLOGI INDUSTRI DAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA
DISUSUN
OLEH :
HENDRA
RURU
PO.71.3.221.13.1.020
Tingkat
III.A
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
PRODI DIII
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya-lah sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah Tentang Toksikologi Industri dan Penyakit Akibat Kerja ini dengan baik. Walaupun sederhana keadaannya, namun diharapkan agar dapat memberi mamfaat bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi baik dalam bentuk penulisan
kata-kata maupun kalimat yang kurang baku, maka dari itu saran dan kritik
sangat kami harapkan demi kesempurnaannya makalah ini. Karena kami manusia
biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Demikianlah makalah yang kami yang susun ini semoga
bermamfaat bagi kita semua, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Makassar,05
Oktober 2015
Penyusun
Hendra Ruru
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAT ISI................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.
Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.
Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A.
TOKSIKOLOGI INDUSTRI............................................................................ 3
1.
Pengertian
Toksikologi Industri...................................................................... 3
2.
Klasifikasi
Bahan Toksikologi Industri........................................................... 2
3.
Factor yang Mempengaruhi
Toksisitas............................................................ 6
4.
Dampak
Toksikologi pada Tubuh manusia..................................................... 7
5.
Prinsip
Pencegahan dan Pengendalian Bahan Kimia...................................... 8
B.
PENYAKIT AKIBAT KERJA......................................................................... 8
1.
Pengertian
Penyakit Akibat Kerja................................................................... 8
2.
Factor yang
Mempengaruhi Penyakit Akibat Kerja........................................ 9
3.
Tat Cara
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja..................................................... 10
4.
Diagnose
Penyakit Akibat Kerja..................................................................... 12
5.
Pencegahan
Penyakit Akibat Kerja................................................................. 14
6.
Pemeriksaan
Penyakit Akibat Kerja................................................................ 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 18
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 18
B.
Saran...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang
menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu
toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan,
tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi,
mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek
tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi
bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan
dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi
perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan
fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia
dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk
ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan
(Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari
toksikologi lingkungan.
Proses
Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat,
dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya
akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses
industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan
ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan
resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir
pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat pepatah bermain air basah, bermain api
hangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orang
yang melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja
tambang, maupun pegawai kantoran sekalipun.
Sepanjang tahun 2009, pemerintah
mencatat telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.
Meski menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong tinggi.
Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empat
pekerjanya tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua orang
lainnya terluka akibat tersiram serbuk panas saat bekerja di salah satu pabrik
semen adalah beberapa contoh kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian
bahkan sampai menghilangkan nyawa.
Kerugian akibat kecelakaan kerja
tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja itu sendiri, namun juga bisa berdampak
pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis
paradigma sehat.
Hal itu menjadi kebutuhan yang
mendesak mengingat jumlah tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2009 sebesar
104,49 juta, bekerja di sektor formal sebesar 30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja
di sektor informal, dengan distribusi sebesar 41,18% bekerja di bidang
pertanian, industri 12,07%; perdagangan sebesar 20,90%; transportasi,
pergudangan dan komunikasi sebesar 5,69%; konstruksi sebesar 4,42%, jasa dan
keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas 1,3% (Berita Resmi
Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan kerja terbanyak
terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing 31,9 % dan 31,6
%.
B.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui tentang Toksikologi Industri
2. Untuk
Mengetahui Dampak dari Toksikologi Industri
3. Untuk
Mengetahui Tentang Penyakit Akibat Kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TOKSIKOLOGI INDUSTRI
1.
Pengertian
Toksikologi Industri
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak
diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga
membahas tentang penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang
sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.
Toksikologi
merupakan ilmu yang mempelajari
pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu
tentang racun.
Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada
sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi quantitatif tentang efek
bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan aksinya racun, dan gangguan
kesehatan yang ditimbulkan pada manusia dan hewan. penggunaan bahan kimia ini
disamping menghasilkan produk yang bermanfaat tetapi juga memberikan dampak
bagi kesehatan manusia. Bahan kimia merupakan permasalahan besar bagi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Di beberapa negara, pembuangan bahan
kimia memberikan konsekwensi serius bagi tenaga kerja dan masyarakat maupun
lingkungan. Oleh karena itu mempelajari keberadaan bahan kimia, efek dan
penanggulangannya sangat penting bagi ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Toksikologi
industri membahas
tentang berbagai bahan beracun yang digunakan diolah atau dihasilkan oleh
industry.
Toksikologi Industri Adalah salah satu cabang ilmu
toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan yang
dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi
beserta penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit produksi
tersebut.
2.
Klasifikasi Bahan Toksikologi
Industri
v Menurut sifat fisiknya klasifikasi toksisitas
dikenal sabagai berikut :
a. Gas :
Tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan normal, tidak berbau
pada konsentrasi rendah dan dapat berubah menjadi cair atau padat dengan
perubahan suhu dan tekanan.
b. Uap
: Bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berujud cair.
c. Debu
: Partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami.
d. Kabut
: Titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap.
e. Fume
: Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya setelah
penguapan benda padat yang dipijarkan.
f. Asap
: Partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
g. Awan
: Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran partikelnya antara
0,1 – 1 mikron.
v Sedangkan bahan kimia di udara menurut
sifatnya dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan bersifat partikel : debu,
awan, fume, kabut
- Bahan bersifat non partikel : gas, uap
Terhadap
tubuh bahan-bahan kimia dapa digolongkan menjadi :
1.
Bahan partikel bersifat : Perangsang
(kapas, sabun, bubuk beras), Toksik (Pb, As, Mn), Allergen (tepung sari,
kapas), Fibrosis (asbes, kwarts), Menimbulkan demam (fume, Zn O), Inert
(aluminium, kapas).
2.
Bahan non partikel bersifat :
Asfiksan (metan, helium), Perangsang (amoniak, HCl, H2S), Racun anorganik,
organic (TEL, As H3), Mudah menguap yang : berefek anesthesi
(Trichloroetilen), merusak alat dalam (C Cl4), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion)
3.
Bahan Kimia dalam Kehidupan Manusia
a. Logam/metalloid
a) Pb(PbCO3):Syaraf,ginjaldan darah
b) Hg (organik&anorganik): Saraf
dan ginjal
c) Cadmium: Hati, ginjal dan darah
d) Krom: Kanker
e) Arsen: Iritasi kanker
f) Phospor: Gangguan metabolism
b. Bahan Pelarut
a) Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak
tanah): Pusing, koma
b) Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform,
CCl4): Hati dan ginjal
c) Alkohol (etanol, methanol): Saraf
pusat, leukemia, saluran pencernaan
d) Glikol: Ginjal, hati, tumor
c. Gas beracun
a) spiksian sederhana
(N2,argon,helium): Sesak nafas, kekurangan oksigen
b) Aspiksian kimia asam cyanida(HCN),
Asam Sulfat (H2SO4),
c) Karbonmonoksida (CO), Notrogen
Oksida (NOx): Pusing, sesak nafas, kejang, pingsan.
d. Karsinogenik
a) Benzene: Leukemia
b) Asbes: Paru-paru
c) Bensidin: Kandung kencing
d) Krom: Paru-paru
e) Naftilamin: Paru-paru
f) Vinil klorida: Hati, apru=paru, syaraf
pusat, darah
e. Pestisida
a) Organoklorin: Pusing, kejang, hilang
b) Organophosphat: Kesadaran dan
c) Karbamat: kematian
d) Arsenik
3. Pengenalan Bahaya Bahan Kimia
Survai Pendahuluan untuk mengenal/mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di
industri dan merencakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
Suatu ceklis yang mencakup pendataan tentang : nama bahan baku dan bahan
sampingan, jenis bahan yang deperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya,
sampingan, jenis bahan yang diperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya,
jumlah pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya dan sebagainya, sangat
diperlukan.
Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses
mulai dari tahap awal sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan
oleh pekerja serta memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan
kerja, misalnya : mengenal bau yang timbul, merasa pedas di mata, rangsangan
batuk dan sebagainya. Informasi dari kepala bagian produksi, supervisor atau
pekerja sangat diperlukan pula.
Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Bahan Kimia yakni
suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang komposisi,
karakteristik, bahan fisik dan potensi bahaya kesehatan, cara penanganan dan
penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan pertama dan prosedur khusus
lainnya. Perlu juga catat label pada kemasan bahan kimia di tempat kerja.
4. Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas
Toksisitas tergantung dari berbagai
factor, yakni :
a. Sifat fisik misalnya : gas, uap, debu,
fume, asap mist/kabut atau fog.
b. Sifat kimia misalnya : jenis
senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya larut. Contohnya, gas yang mudah
larut dalam air (ammonia dan sulfur oksida) bila terhirup meskipun dengan kadar
rendah akan meniritasi saluran nafas atas. Sedangkan gas tidak mudah larut
dalam air (nitrogen dioksida, ozon, dan fosgen) dapat mencapai saluran nafas
yang lebih dalam.
c. Port d’entrée (cara masuk dalam
tubuh).
Zat kimia
masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (per inhalasi), saluran cerna
(per oral) dan kulit (per dermal). Inhalasi merupakan cara masuk yang paling
sering dalam industry :
a. Faktor individu seperti usia, jenis
kelamin, ras, status gizi, kesehatan, factor genetic dan kebiasaan lain
miaslnya merokok, minum-minuman keras, dan sebagainya.
b. Hubungan Disis dan Respon.
5. Proses Toksikologi dalam Tubuh
Manusia
Cara
masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangat besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan keracunan. Di dalam tubuh, melalui proses enzimatik terjadi
perubahan bentuk secara biokimia (biotransformasi) yang terjadi dalam hati.
Proses demikian dapat terjadi pada ginjal, patu dan kulit.
Biotransformasi
mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang beracun yang dikenal sebagai
detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih beracun dari zat
asalnya misalnya pada berbagai zat penyebab terjadinya kanker.
Pengeluaran
atau ekskresi proses tersebut dengan dilakukannya melalui air seni (urin) dan
feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat. Pada hewan percobaan
diketahui adanya ekskresi melalui air susu. Rambut sering pula disebut sabagai
kemungkinan proses ekskresi, meskipun air raksa atau arsen yang dijumpai pada
rambut umumnya masih dalam bentuk asal.
6. Dampak Toksikologi pada Tubuh
Manusia
Tergantung
dari organ target, bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf),
hematotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik
(meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya.
Ditinjau
dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa terjadi secara
akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemajanan bahan kimia dalam waktu
singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang tinggi. Sedangkan efek kronik
timbul setelah pemajanan berulang kali selama tiga bulan atau lebih.
Tanda
atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari
gejala yang umum atau non spesifik dan spesifik. Untuk membedakan gejala yang
spesifik ataupun spesifik diperlukan konsultasi dan komunikasi dengan dokter.
Berikut berbagai bahan kimia yang berpengaruh pada
kesehatan:
a. Asphyxian
Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia
(kekurangan oksigen). Simple asphyxian mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan
oksigen karena berkurangnya tekanan parsiil oksigen dalam darah. Sedangkan pada
chemical asphyxian, kekurangan oksigen terjadi karena adanya zat kimia yang
mengikat hemoglobin sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan oleh
hemoglobin menjadi tergangggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :
1) Chemical
asphyxian -Simple aspyxian
2) Asetonitril-
Asetilen
3) Karbon
monoksida-Karbon dioksida
b. Iritan
Zat irritant akan mengakibatkan iritasi atau
rangsangan atau menimbulkan inflamasi/peradangan pada mata, kulit, saluran
nafas atau saluran cerna. Contoh : asam asetat,kalsium oksida, arsen, aseton,
asam fosfat. Beberapa zat irritan seperti amonia, klor, sulfur dioksida,
nitrogen dioksida, ozon dan fosgen berpengaruh pada saluran nafas dan
mengakibatkan bronchitis, sabab paru atau kerusakan jaringan paru. Diketahui
juga berbagai zat kimia yang bersifat karsinogenik (menimbulkan kanker) seperti
asbestos, benzene, krom, nikel, vinyl klorida, berefek teratogen (mengakibatkan
kelainan janin) mutagen (menimbulkan mutasi atau perubahan genetic).
7. Prinsip Pencegahan dan Pengendalian
Bahan Kimia
Mengingat bahaya bahan kimia di
tempat kerja diperlukan pencegahan dan pengendaliam yang prinsip penerapannya
sesuai Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi
of Control” yakni :
Eliminasi, Substitusi, Pengendalian
teknis, Pengendalian administrative dan Alat Pelindung Diri. Sedangkan pada
pekerja dilakukan pengujian atau pemantauan kesehatan, higiene perorangan,
pengujian atau pemantauan biodemik disertai pelatihan tentang bahaya bahan
kimia.
·
Pemantauan biodemik
Pemantauan
biodemik dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh atau penyakit
akibat kerja. Melalui pemeriksaan urin dapat dideteksi absorpsi bahan beracun
dan aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh bahan beracun. Pemantauan
biodemik akan memberi gambaran yang lebih dapat dipercaya daripada pengukuran
kadar bahan kimia di udara. Keuntungan lain adalah mampu memperhitungkan
absorpsi zat kimia melalui kulit dan saluran cerna, pengaruh beban kerja dan
pemajanan diluar tempat kerja serta mengidentifikasi pekerja yang rentan.
B. PENYAKIT AKIBAT KERJA
1.
Pengertian
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
(Occupational Diseases) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat
cacat sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak
fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya.
Sedangkan Cacat Total adalah keadaan tenaga kerja tiadak mampu bekerja
sama sekali untuk selama-lamanya
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work
Related Diseases) yaitu penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat
oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan
dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis faktor.
Penyakit Akibat Kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang
artifisial atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya
kita berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang
ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan , proses
maupun lingkungan kerja.
Pada simposium internasional
mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International
Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational
Disease adalah
penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan
Pekerjaan – Work Related Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi
Kerja – Disease of Fecting Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada
populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
2. Faktor
Penyebab Penyakit Akibat Kerja
e)
Faktor
Fisik
a. Suara tinggi/bising : menyebabkan
ketulian
b. Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan
Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
c. Radiasi sinar elektromagnetik :
infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis,
radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia.
d. Tekanan udara tinggi : menyebabkan
Coison Disease
e. Getaran :menyebabkan Reynaud’s
Disease, Gangguan proses metabolisme, Polineurutis.
f) Faktor Kimia
a. Asal : bahan baku, bahan
tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil (produk), sisa produksi atau bahan
buangan.
b. Bentuk : zat padat, cair, gas, uap
maupun partikel.
c. Cara masuk tubuh dapat melalui
saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan mukosa
d. Masuknya dapat secara akut dan
secara kronis
e. Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi,
korosif, Asphyxia, keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin,
pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetic.
g) Faktor Biologi
a. Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur,
serangga, binatang buas, dll
h) Faktor Ergonomi/fisiologi
a. Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, Kontruksi salah.
b. Efek terhadap tubuh : kelelahan
fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk,
dislokasi.
i)
Golongan
mental Psikologi
a. Akibat : suasana kerja monoton dan
tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, tak
sesuai bakat.
b. Manifestasinya berupa stress.
3. Tata
Cara Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
a) Permennaker No. Per. 01/Men/1981 tentang
Kewajiban Melapor PAK.
b) Pasal 2 (a) : pengurus dan badan yang ditunjuk
wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor Bina lindung Tenaga Kerja
setempat.
c) Pasal 3 (a) : Laporan dilakukan dalam waktu
paling lama 2 kali 24 jam setelah penyakit dibuat diagnosa.
d) Kepmannaker No. Kepts. 333/Men/1989
tentang Diagnosa dan Pelaporan PAK
e) Pasal 3 (3) : setelah ditegakkan diagnosis PAK
oleh dokter pemriksa maka wajib membuat laporan medik.
f) Pasal 4 (a) :PAK harus dilaporkan
oleh pengurus tempat kerjayang bersangkutan selambat-lambatnya 2 kali 24 jam
kepada Kanwil Depnaker melalui Kantor Depnaker.
g) Pasal 4 (b) : Untuk melaporkan PAK harus menggunakan
bentuk B2/F5, B3/F6, B8/F7.
4. Penyakit-Penyakit Akibat Kerja
Adapun beberapa penyakit akibat
kerja, antara lain:
a. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK
pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma
akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena
virus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
b. Penyakit Kulit
Pada
umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi
iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
c. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran
menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena
pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan
terjadinya hilangnya pendengaran.
d. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang
dapat membedakan penyakit pada punggung yang berhubungan dengan pekerjaan
daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan
bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh
gerakan berulang yang tidak wajar.\
e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan
menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti
bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis
individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya
karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
f. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon
Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit
liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat
tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
h.
Masalah
Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang
berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuro pati perifer, sering
dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya,
depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan
yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan
dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan
depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat
menyebabkan gejala seperti psikosis.
i.
Penyakit
yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan
mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan. Sick building
syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum,
derivate petroleum, rokok.
5.
Diagnosa
Penyakit Akibat Kerja
Untuk
dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan
tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:
a. Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis
klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan
atau tidak.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh
tenaga kerja selama ini
Pengetahuan
mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk
dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
a) Penjelasan mengenai semua pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis
b) Lamanya melakukan masing-masing
pekerjaan
c) Bahan yang diproduksi
d) Materi (bahan baku) yang digunakan
e) Jumlah pajanannya
f) Pemakaian alat perlindungan diri
(masker)
g) Pola waktu terjadinya gejala
h) Informasi mengenai tenaga kerja lain
(apakah ada yang mengalami gejala serupa)
i)
Informasi
tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)
c. Tentukan apakah pajanan tersebut
memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
Apakah
terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka
tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan
ada yang mendukung,
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang
dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika
penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor
lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah
ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.
f. Cari adanya kemungkinan lain yang
dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah
ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
g. Buat keputusan apakah penyakit
tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah
menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan
menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau
timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Dari
uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit
Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai
informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan
lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.
6.
Pencegahan
Penyakit Akibat Kerja
Pengurus
perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjaannya.
Kewaspadaan
tersebut bisa berupa :
a.
Melakukan
pencegahan terhadap timbulnya penyakit
b. Melakukan deteksi dini terhadap
ganguan kesehatan
c. Melindungi tenaga kerja dengan
mengikuti program jaminan sosial tenaga
kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
j)
Mengetahui
keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan terhadap
PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
a. Pakailah APD secara benar dan
teratur
b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah
supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan
terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapa
pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi lahan untuk
menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja,
diantaranya:
·
Pencegahan
Primer – Health Promotion
a) Perilaku Kesehatan
b) Faktor bahaya di tempat kerja
c) Perilaku kerja yang baik
d) Olahraga
e) Gizi seimbang
·
Pencegahan
Sekunder – Specifict Protection
a) Pengendalian melalui
perundang-undangan
b) Pengendalian
administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
c) Pengendalian teknis: subtitusi,
isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
d) Pengendalian jalur kesehatan:
imunisasi
·
Pencegahan
Tersier
Early Diagnosis and Prompt Treatment
a) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b) Pemeriksaan kesehatan berkala
c) Surveilan
d) Pemeriksaan lingkungan secara
berkala
e) Pengobatan segera bila ditemukan
gangguan pada pekerja
f) Pengendalian segera di tempat kerja
Kondisi fisik sehat dan kuat sangat
dibutuhkan dalam bekerja, namun dengan bekerja benar teratur bukan berarti
dapat mencegah kesehatan kita terganggu. Kepedulian dan kesadaran akan jenis
pekerjaan juga kondisi pekerjaan dapat menghalau sumber penyakit menyerang.
Dengan didukung perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun akan
benar-benar menjadi lahan menuai hasil bukanlah penyakit.
7.
Pemeriksaan
Kesehatan Penyakit Akibat Kerja
a. Pemeriksaan
sebelum penempatan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum
seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada pos pekerjaan tertentu dengan
ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik yang di
tunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ
tertentu, seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna
apabila terjadi gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.
b. Pemeriksaan
kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala
sebenarnya dilaksanakan dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal
sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak selalu diperlukan
pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indkasi yang jelas.
Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang
memungkinkan terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh,
audiometri adalah uji yang sangat
penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising.
Sedang pemerikaan radiologis dada (foto
thorax) pentinguntu mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita
pneumokonosis, karena lingkungan kerja tercemar debu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada
sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi quantitatif tentang efek
bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan aksinya racun, dan gangguan
kesehatan yang ditimbulkan pada manusia dan hewan. penggunaan bahan kimia ini
disamping menghasilkan produk yang bermanfaat tetapi juga memberikan dampak
bagi kesehatan manusia. Bahan kimia merupakan permasalahan besar bagi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Di beberapa negara, pembuangan bahan
kimia memberikan konsekwensi serius bagi tenaga kerja dan masyarakat maupun
lingkungan.
Penyakit
Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
penyakit yang artifisial atau man made disease. Dalam melakukan
pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan
atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh karena itu ,
penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja
, bahan , proses maupun lingkungan kerja.
B.
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan
untuk memahami tentang penyakit akibat kerja dan penatalaksanaan pada pasien
akibat kecelakaa kerja agar nantinya dapat memberikan penatalaksanaan yang
tepat.
2. Bagi Institusi
Diharapkan
untuk memberikan penanganan dan pengetahuan tentang penyakit akibat kecelakaan
kerja. Serta terus meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan
masyarakat dapat mengetahui tentang penyakit akibat kecelakaan kerja agar lebih
waspada.
DAFTAR
PUSTAKA
Djojodibroto, R. Darmanto.1999. Kesehatan Kerja Di
Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Praya, abi. 2008. Penyakit Akibat Kerja. http://safety4abipraya.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 19.14 WIB
Suyono, Joko.1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja.
Jakarta: EGC
<no name> 2008. Penyakit Akibat Kerja. http://www.freewebs.com. Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 19.34 WIB
<no name> 2009. Mengenal Penyakit Akibat
Kerja. http://hanscoy.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 18.34 WIB
<no name> 2010. Penyakit Akibat Kerja. http://www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 18.44 WIB
Direktorat Bina Kesehatan Kerja Depkes RI. 2007.
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja
dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2015.